Example 1280x250
DikbudHEADLINE

Peristiwa SMANSA Parigi, Kepsek Minta Proses Mediasi

×

Peristiwa SMANSA Parigi, Kepsek Minta Proses Mediasi

Sebarkan artikel ini
Peristiwa SMANSA Parigi, Kepsek Minta Proses Mediasi
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parigi, Kabupaten Parigi Moutong. (Foto: Istimewa | Editor: Redaksi Rakyat)

Penulis: Moh Faozan

Parigi Moutong, Redaksi RakyatKepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri Satu Parigi (SMANSAPAR), Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, membantah tudingan dugaan penganiayaan yang dilakukan guru berinisial AM, terhadap murid F (16) di sekolahnya siang kemarin.

Sebagai Kepsek SMANSAPAR,  Ardin, meyakini guru di sekolah yang dipimpinnya itu tidak melakukan tindakan penganiayaan terhadap siswanya. Kata dia, guru AM mengaku sempat memegang kerak baju korban saat kejadian, itupun karena sikap menantang yang ditunjukan siswi F.

“Peristiwa itu terjadi, karena siswi F melontarkan perkataan yang tidak menyenangkan kepada guru AM, saat meninggalkan rapat ekstrakulikuler,” jelas Ardin, di Parigi, Rabu 6 November 2024. 

Sebagai guru lanjut Ardin, tentunya AM merasa tidak enak karena mendengar perkatan siswi F yang mengatakan, akan menampar guru AM.

Kepsek SMANSAPAR, juga membantah adanya tindakan mendorong siswi hingga terjatuh dari tangga yang dilakukan anak buahnya itu. Jatuhnya pun sambung Ardin, bukan dari atas ke lantai bawah.

 “Hanya guru gila yang akan melakukan hal seperti itu, dan tanpa penyebab. Saya berharap kepada media agar bisa mengklarifikasi kejadian yang sesungguhnya,” harapnya.

Selaku Kepsek SMANSAPAR, ia meminta kepada pihak orang tua siswi F, agar menyelesaikan persoalan tersebut melalui proses mediasi.

Sebab ungkap Ardin, para peserta didik yang mengenyam pendidikan di SMANSA Parigi merupakan anaknya juga.

“Jadi saya bermohon kepada orang tua siswi, Kalau boleh peristiwa ini bisa dimediasi. Saya juga beberapa kali meminta maaf” pintanya.

Meskipun begitu kata Ardin, menanggapi persoalan yang terjadi, pihak sekolah akan segera melakukan rapat. Hal itu juga merupakan bagian dari tindak lanjut atas desakan para guru, agar sekolah tidak menjadi bulan-bulanan.

Berkaitan dengan adanya guru yang melihat kejadian tersebut, dan terkesan melakukan pembiaran, diapun membantahnya. Menurutnya, Guru-guru hanya melihat melalui CCTV.

“Hanya anak-anak yang melihat kejadian itu. Sebab, kasus itu terjadi saat jam belajar,” pungkasnya.

error: Content is protected !!