Penulis : Moh. Faozan/** | Editor : Roy Lasakka Mardani
JAKARTA, Redaksi Rakyat – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, yang memimpin upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Kompleks Kemendikbudristek Senayan, Jakarta, Jum’at, 25 November 2022, berpesan agar bergotong royong dalam mewujudkan target 1 juta guru terangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Bahkan, Kemendikbudristek terus memprioritaskan pengangkatan guru honorer menjadi PPPK. Namun, masih banyak hal yang perlu disempurnakan.
“Kita semua harus bergotong royong, agar target 1 juta guru diangkat sebagai PPPK dapat segera terwujud,” ujar Menteri Nadiem, dalam pidato sambutannya.
Berkaitan dengan itu, Menteri Nadiem, juga mengajak semua guru agar terus berinovasi, menciptakan perubahan, dan kebaruan untuk melompat ke masa depan.
Selama tiga tahun terakhir, Kemendikbudristek telah melakukan terobosan melalui program Merdeka Belajar. Melalui terobosan ini, berbagai rintangan mulai dari Sabang hingga Merauke telah mampu dilewati.
Selain itu, hingga hari ini masih ada yang ragu untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran di kelas atau menjalankan tugas sebagai pemimpin satuan pendidikan. Sedangkan perubahan tidak hanya terjadi bagi guru, namun juga meliputi seluruh pegawai di Kemendikbudristek yang terus dipacu untuk berinovasi, mengubah cara pandang, dan cara kerja dalam memberikan layanan terbaik bagi pendidik maupun peserta didik.
Beberapa perubahan yang telah dilakukan Kemendikbduristek untuk para guru dalam Merdeka Belajar, kata dia, terciptanya platform Merdeka Mengajar, Program Guru Penggerak, Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan pengangkatan guru honorer menjadi PPPK.
Khusus platform Merdeka Mengajar dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru akan ruang untuk belajar, berkarya, dan berkolaborasi. Platform tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan di lapangan, bukan keinginan pihaknya.
“Ini adalah perubahan besar cara kerja pemerintahan dalam melayani masyarakat,” katanya.
Dalam platform Merdeka Mengajar, guru bisa mengakses modul pembelajaran dengan gratis, mengunggah, dan membagikan konten-konten praktik, baik pembelajaran, dan terkoneksi dengan rekan sesama guru dari daerah lain.
“Guru di Aceh sekarang bisa belajar dari guru di Papua. Guru di Kalimantan bisa menginspirasi guru-guru yang ada di Jawa,” jelas Menteri Nadiem.
Dia menyebutkan, hingga saat ini, sebanyak 1,6 juta guru telah menggunakan platform Merdeka Mengajar. Sehingga, ia mengaku berterima kasih kepada guru yang mau mencoba hal-hal baru, yang tidak takut untuk berinovasi, yang sadar, dan paham bahwa sudah tiba waktunya untuk bertransformasi.
Khusus program Guru Penggerak, Kemendikbudristek masih membuka kesempatan bagi para guru untuk mengikutinya. Guru Penggerak adalah guru yang menomorsatukan murid dalam setiap keputusannya, mampu menjadi mentor bagi guru-guru lainnya, dan berani melakukan terobosan-terobosan dalam memperjuangkan yang terbaik bagi muridnya.
Hingga kini, sebanyak 50.000 orang guru telah menjadi Guru Penggerak. Kemendikbudristek akan terus mendorong seluruh guru di penjuru Nusantara agar menjadi Guru Penggerak untuk memimpin roda perubahan pendidikan Indonesia.
“Saya sangat berharap agar seluruh kepala daerah dapat segera mengangkat para Guru Penggerak untuk bisa menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah, para inovator di sekolah, dan di lingkungan sekitar,” ujarnya.
Berkaitan dengan transformasi bagi persiapan calon guru masa depan melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan yang kini berorientasi pada praktik pengalaman lapangan, mengedepankan metode inkuiri, dan membiasakan guru melakukan refleksi.
Selain itu, inovasi lainnya adalah perkuliahan PPG jauh lebih terintegrasi dengan sekolah, kampus, dan masyarakat melalui sistem digital.
Menteri Nadiem mengajak semua guru untuk menyamakan arah perjalanan menuju satu tujuan bersama, yaitu pendidikan Indonesia yang maju, berkualitas, dan memerdekakan.
“Semua ini bertujuan untuk melahirkan para pendidik sejati yang profesional dan adaptif, yang terus memprioritaskan kebutuhan peserta didik, dan yang selalu bersemangat untuk berkolaborasi dalam berinovasi,” katanya.