Penulis : Moh. Faozan | Editor : Roy Lasakka Mardani
PARIMO, Redaksi Rakyat – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) hingga kini, telah melakukan langkah antisipasi untuk mendukung kerawanan pangan nasional maupun global melalui penetapan lima kebijakan program prioritas.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, masyarakat Indonesia harus bersyukur, karena memiliki keanekaragaman kekayaan hayati yang luar biasa.
Berkaitan dengan itu, KKP telah menyiapkan roadmap ekonomi biru yang bertujuan untuk menjaga ekosistem laut berkelanjutan. Selain itu, dapat memberikan kontribusi untuk mendukung ketahanan pangan.
“Jadi, kita sangat bersyukur, karena Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kekayaan hayati yang luar biasa,” ujar Menteri Sakti Wahyu Trenggono, dalam sambutannya saat menghadiri kegiatan puncak Hari Ikan Nasional (Harkannas) ke 9 yang dilaksanakan di objek wisata Pantai Mosing Desa Sinei, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Senin, 21 November 2022.
Program pertama yang dimaksud, kata dia, perluasan wilayah konservasi tertutup di Indonesia yang telah dibagi menjadi enam zona penangkapan.
Tiga hal penting dalam perluasan wilayah konservasi, yaitu pemijahan karena jika tidak terganggu wilayahnya, ikan akan beranak pinak dengan baik, memproduksi oksigen dan penyerapan karbon. Sedangkan Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah, yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Harkannas masuk dalam zona tiga dengan potensi perikanannya tidak kurang dari 2 juta ton.
Program kedua, kebijakan penangkapan ikan secara terukur.
Program ketiga, yaitu pembangunan Budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ada empat komoditi unggulan budidaya perikanan Indonesia yang meliputi udang, lobster, kepiting dan rumput laut.
Menurutnya, budidaya udang dengan teknologi yang digunakan saat ini, adalah yang terbaik di Indonesia.
Apalagi, Indonesia memiliki miliaran jenis lobster yang belum mampu dilakukan pemijahan dengan baik. Sedangkan komoditi rumput laut disebut sebagai emas hijau, karena memiliki nilai yang sangat luar biasa. Sebab, selain untuk bahan baku pangan, obat-obatan, kosmetik, rumput laut juga dapat digunakan sebagai pengganti plastik.
“Kalau sekarang di Kabupaten Parimo, rumput lautnya masih terabaikan karena masyarakat hanya melemparnya dan setelah empat bulan bulan akan dipanen, dikeringkan, kemudian dijual. Kedepan cara tersebut tidak boleh lagi dilakukan,” katanya.
Sedangkan program keempat menyangkut pariwisata, yaitu menjaga wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
“Khusus program kelima ini, penanganan sampah plastik di laut yang akan berdampak terhadap kesehatan manusia, jika mengkonsumsi ikan yang memakan sampah plastik,” tandasnya.