Example 1280x250
Nasional

Kementan RI Dorong Pengembangan Ubi Jalar

×

Kementan RI Dorong Pengembangan Ubi Jalar

Sebarkan artikel ini
Kementan RI Dorong Pengembangan Ubi Jalar
Kementan RI mendorong pengembangan ubi jalar sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan. (Foto: Istimewa)

Penulis : Roy Lasakka Mardani

JAKARTA, Redaksi Rakyat Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini tengah menggairahkan pengembangan budidaya ubi jalar yang dinilai dapat memperkuat ketahanan pangan dunia akibat cuaca ekstrim.
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pangan yang menjanjikan sebagai sumber karbohidrat setelah beras gandum, jagung, dan singkong.

Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan, menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pihaknya sangat mendukung dalam upaya peningkatan produksi ubi jalar. Hal itu tertuang dalam Cara Bertindak Pembangunan Pertanian Indonesia dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan melalui Diversifikasi Pangan Lokal seperti ubi jalar, singkong, shorgum, dan lainnya.

“Pengembangan ubi jalar ini salah satu langkah nyata kita bangkitkan pangan lokal kita yang begitu beragam. Kita tidak lagi bergantung pada komoditas impor, bahkan kita bisa ekspor produk ubi jalar,” ujar Suwandi dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani episode ke 614 yang berjudul Pengalaman Empiris Pengembangan Ubi Jalar, yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bekerja sama dengan Perhimpunan Agronomi Indonesia, Rabu, 7 September 2022.

Menurut Ketua Perhimpunan Agronomi Indonesia DKI Jakarta Prof. Sylviana Murni, potensi dan manfaat ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif sangat besar. Terutama bagi mereka yang tidak ingin mengkonsumsi karbohidrat terlalu banyak dan upaya peningkatan gizi manusia serta ketahanan pangan nasional, khususnya di daerah pedesaan maupun terisolasi.

“Menurut World Health Organization, kandungan kalsium pada ubi jalar lebih tinggi dibanding jagung, beras, terigu maupun sorgum. Sedangkan kandungan vitamin A pada ubi jalar khususnya yang bewarna merah lebih banyak empat kali dari wortel. Sehingga baik sekali untuk pencegahan kebutaan,” kata Sylviana.

Ubi jalar juga mengandung zat besi, magnesium, vitamin B6, vitamin C, Betakaroten, mineral yang tinggi dan antioksidan serta kadar gula yang rendah. Selain itu proses bisnis ubi jalar sangat potensial di Indonesia, karena ubi jalar relatif mudah dibudidayakan dan tahan disimpan dalam bentuk segar.
Bahkan, jika semakin lama disimpan, rasanya akan semakin manis serta dapat diolah menjadi berbagai olahan pangan.

“Maka tidak heran Indonesia menjadi salah satu produsen ubi jalar di dunia. Berdasarkan data Food Agriculture Organization di 2021, terdapat kurang lebih 84 negara eksportir ubi jalar dunia, dan hanya 13 negara yang menguasai 90 persen pasokan,” katanya.

“Negara-negara pengimpor ubi jalar dunia lebih banyak jumlahnya dibanding dengan jumlah negara produsen atau eksportir ubi jalar. Hal ini menandakan bahwa potensi ubi jalar dunia sangatlah besar,” ujar Sylviana menambahkan.

Senada dengan itu, Peneliti Ahli Utama Pangan dan Pertanian BRIN, Eliana Ginting mengatakan, dampak konsumsi pangan dunia saat ini, Indonesia mengkonsumsi beras sebanyak 93,8 kg/kapita/tahun dan konsumsi gandum sebanyak 32 kg/kapita/tahun.
Hal tersebut mencerminkan masyarakat sangat tergantung terhadap beras dan gandum serta rentan terhadap perubahan harga pasar internasional yang akan berakibat pada ketahanan pangan nasional.
Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah peningkatan produksi pangan domestik dengan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal yang diyakini bahwa peran strategis tersebut dapat diemban oleh ubi jalar sebagai sumber karbohidrat sekaligus subsitusi tepung terigu.

“Kandungan gizi pada ubi jalar sangat banyak. Mulai dari rendahnya gula, rendah lemak, kaya protein serta tingginya kadar antosianin pada ubi jalar tergolong tinggi. Antosianin dapat dikatakan sebagai antioksidan pengikat radikal bebas, pencegah penuaan dini, anti kanker, anti hipertensi serta hiperglikemia,” jelas Eliana.

CEO Reputed Agriculture for Development Stichting and Foundation Putri Ernawati Abidin menuturkan, ubi jalar merupakan makanan untuk orang yang memiliki tingkat ekonomi rendah di Afrika pada tahun 90an akhir. Sedangkan orang yang memiliki tingkat ekonomi tinggi lebih memilih untuk mengkonsumsi pizza, spageti dan kentang yang menyebabkan timbulnya penyakit darah tinggi, diabetes, dan obesitas.

“Sehingga, pada 2009, pihaknya mulai menggalakan gerakan pengembangan ubi jalar sebagai salah satu solusi untuk mengurangi tingkat gizi rendah pada anak dan meningkatkan pendapatan rumah tangga di Negara Malawi,” tandasnya.

error: Content is protected !!